Penulis: Umar Alhabsyi, ST, MT, CISA, CRISC, COBIT 2019.
WAKOOL.ID–Teknologi digital telah merubah segalanya. Hampir tidak ada sendi kehidupan kita saat ini yang tidak terkena tsunami digitalisasi ini. Oleh karena itu semua harus melakukan transformasi digital. Transformasi ini tidak hanya harus dilakukan oleh perusahaan yang memang secara tradisional berbasis teknologi. Tapi juga perlu dilakukan oleh perusahaan yang semula tingkat adopsi teknologinya relatif rendah. Karena tanpa bertransformasi perusahaannya tidak akan siap menghadapi masa depan. Ia akan berisiko digilas oleh para pendatang baru yang lebih siap untuk masa depan itu. Seperti kita melihat Gojek dan Grab melindas raksasa taxi, Traveloka menggilas para penguasa bisnis travel agent, dan sebagainya.
Sehingga banyak perusahaan yang berlomba-lomba untuk melakukan terobosan transformasi bisnis mereka berbasis digital. Menurut Peter Weill, perusahaan yang siap untuk masa depan itu setidaknya harus punya dua kemampuan sekaligus. Di satu sisi, mereka harus dapat meningkatkan customer experience secara signifikan dibandingkan para pesaingnya. Sementara di sisi yang lain, mereka harus terus menerus melakukan efisiensi biaya dan simplifikasi operasionalnya. Perusahaan-perusahaan yang siap untuk masa depan ini punya kelincahan merekonfigurasi kemampuan yang dimilikinya, mengelola datanya sebagai aset strategis serta lebih mudah untuk berkolaborasi dengan ekosistem digital lainnya.
Sebuah survey terhadap 216 perusahaan dari berbagai sektor industri memberikan hasil yang sangat menarik. Survey tersebut membagi perusahaan-perusahaan tersebut kedalam dua kelompok, yaitu kelompok perusahaan yang sudah melaksanakan lebih dari 50 persen rencana transformasi bisnis digitalnya, dan kelompok yang masih kurang dari 50 persen dalam realisasi rencana transformasinya. Survey tersebut menyebutkan bahwa perusahaan yang telah menjalankan lebih dari separuh rencana transformasi digitalnya terbukti memiliki margin keuntungan bersih 32 persen lebih tinggi dan pertumbuhan pendapatannya 67 persen lebih tinggi dibanding kelompok perusahaan yang belum sampai separuh jalan dalam transformasi bisnis digitalnya.
4 Jalan Untuk Siap Masa Depan
Untuk menjadi perusahaan yang siap dengan masa depan, setiap perusahaan perlu bertransformasi dalam 2 dimensi: pengalaman pelanggan dan efisiensi operasional. Melakukan eksplorasi keluar dan eksploitasi ke dalam.
Gambar di bawah menunjukkan 4 kuadran dengan kedua dimensi diatas sebagai sumbu-sumbunya. Kuadran-kuadran tersebut menggambarkan kondisi perusahaan yang terdapat di dalamnya. Pada umumnya kondisi awal dari perusahaan adalah pada kuadran 1: “Siloes & Spaghetti”. Dimana sistem dan data yang dikelola pada perusahaan tersebut masih terpisah-pisah berdasarkan produk-produk yang ditawarkan. Lanskap proses, sistem dan data yang dikelolanya biasanya cukup kompleks sehingga cukup sulit melakukan pemeliharaannya. Dengan kompleksitas tersebut, perusahaan tetap dapat menjalankan bisnisnya berkat kehebatan personil-personil tertentu. Sehingga pada perusahaan ini biasanya terdapat ketergantungan terhadap personil-personil kunci yang cukup besar.
Permasalahannya adalah bagaimana mentransformasikan kondisi perusahaan dari “Siloes & Spaghetti” menjadi “Future Ready”? Prinsipnya memang harus melakukan perbaikan pada pengalaman pelanggan maupun efisiensi operasional. Tapi jalur yang dipilih oleh setiap perusahaan bisa berbeda-beda satu dengan lainnya. Peter Weill dan tim dalam studinya menyebutkan ada 4 jalur yang dapat ditempuh perusahaan untuk sampai pada kondisi perusahaan yang siap masa depan (future ready).
Jalur pertama adalah memulai dengan melakukan efisiensi-efisiensi operasional terlebih dahulu baru setelah itu mulai melakukan perbaikan pada pengalaman pelanggan. Kalau di gambar diatas arahnya akan ke kanan dulu baru ke atas. Langkah prioritas yang akan dilakukan merombak dan merekayasa proses-proses bisnis penting sampai pada titik optimal, melakukan penyederhanaan dan standardisasi sistem dan data, serta menetapkan tata kelola data yang baik. Baru kemudian perlahan melakukan inovasi-inovasi untuk memperkuat layanan pelanggannya.
Jalur kedua adalah memulai dengan melakukan inovasi untuk perbaikan pengalaman pelanggan. Kalau pada gambar di atas jalurnya akan ke atas dulu baru ke kanan. Memperkaya dan mempercantik produk perusahaan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan-pelanggannya. Baru setelahnya bertahap melakukan perbaikan operasional internalnya.
Jalur ketiga adalah melakukan perbaikan pengalaman pelanggan dan perbaikan operasional secara iteratif sedikit demi sedikit. Jalur ini akan membentuk jalur seperti tangga yang ke atas, ke kanan, atas, kanan, dan seterusnya.
Terakhir jalur keempat adalah lompat langsung ke kuadran “Future Ready” dengan membuat entitas baru. Bisa perusahaan atau SBU baru yang terpisah dan kemudian membangunnya sesuai dengan kaidah-kaidah masa depan.
Keempat jalur tersebut merupakan pilihan yang dapat dilalui oleh setiap perusahaan dalam melakukan transformasi digital bisnisnya. Namun demikian, hal ini bukan berarti sebuah perusahaan hanya dapat memilih salah satu jalur saja untuk seluruh produk dan layanannya. Bisa saja, sebuah Bank, misalnya, mengambil jalur kedua untuk layanan B-2-B nya dan mengambil jalur kesatu untuk layanan retailnya. Atau kombinasi-kombinasi lainnya yang diperkirakan paling tepat untuk kondisi perusahaan dan lanskap kompetisi di pasar.
Kelebihan Dan Kekurangan
Keempat jalur yang dijelaskan diatas itu kesemuanya dapat mengarahkan perusahaan pada kesuksesan. Semakin serius perusahaan menjalankan langkah-langkahnya maka akan semakin besar manfaat yang akan mereka dapatkan. Tapi setiap jalur menghasilkan keuntungan bersih dan pertumbuhan pendapatan yang berbeda-beda.
Misalnya jalur 1 itu paling hebat dalam meningkatkan laba bersih, tapi kalau terkait pertumbuhan pendapatan maka jalur 2 adalah jawaranya. Kemudian jalur 4 yang membuat entitas baru itu akan memiliki pertumbuhan pendapatan yang bagus, walaupun tidak sebaik jalur 2. Namun akan butuh waktu lebih lama untuk sampai ke laba. Sebagaimana halnya merintis usaha baru tentu mesti siap berdarah-darah dulu di awal. Belum lagi kalau kepusingan baru mengelola 2 enititas yang berbeda, satu sudah siap masa depan, sementara yang satu lagi masih tertinggal di masa lalu.
Kesimpulan Untuk menjadi perusahaan yang siap untuk masa depan, diperlukan transformasi dalam 2 dimensi pengalaman pelanggan dan efisiensi operasional. Melakukan eksplorasi dan inovasi bagaimana memberikan pelayanan pelanggan yang lebih baik dibanding kompetitor, sementara pada saat yang sama melakukan eksploitasi ke dalam untuk melakukan efisiensi operasional. Ada banyak pilihan jalur yang dapat dilalui. Mana jalur yang tepat untuk sebuah perusahaan tentu perlu menganalisa posisi perusahaan dalam persaingan bisnisnya dalam kedua dimensi transformasi tersebut. Selanjutnya dibutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk mengawal komitmen dan stamina seluruh pihak untuk mengikuti jalur tersebut. Tidak mudah pastinya, tapi perusahaan yang berhasil menyiapkan dirinya untuk masa depan akan mendapat hadiah kinerja finansial yang meningkat signifikan. Dan tentunya bisa tetap hidup dan terus tumbuh ke depan. Mau?! [wkid/picture:4dblog]
One thought on “4 Jalan Menuju Perusahaan Siap Masa Depan”